Kita baru saja mendengar sebuah doa yang mengandung muatan permohonan yang sangat relevan dengan situasi masa kini. Doa tersebut terkait dengan situasi sakit yang diderita sang pemazmur maupun umat. Di dalam doa tersebut, pemazmur mengungkapkan derita berkepanjangan yang ia alami baik ragawi maupun rohani; fisik dan mental.
Dalam terjemahan Bahasa Indonesia Masa Kini, derita itu diungkapkan “sebab aku kehabisan tenaga…aku kepayahan…hatiku sangat kebingungan…lesu karena mengaduh...air mata mengalir…mata menjadi rabun”; atau dalam Terjemahan Baru “aku merana…tulang-tulangku gemetar…jiwaku pun sangat terkejut…lesu aku karena mengeluh…air mata membanjiri ranjang…mata menjadi rabun”. Ada dari kita yang mungkin sedang mengalami suasana ini, atau mungkin bukan kita yang mengalami tetapi orang-orang dekat yang ada di sekitar kita atau bahkan orang-orang yang kita kasihi.
Tentu secara nasional bahkan global, pandemi yang berkepanjangan memberi dampak yang buruk bagi dunia ini. Secara konstan kita bersama semua berada dalam kesulitan tersebut, yang sepertinya tidak ada akhirnya. Bahkan beberapa waktu terakhir ini, kesusahan itu terkesan meningkat. Di titik inilah sepertinya kita justru perlu berpegang teguh pada keyakinan yang diungakan pemazmur di akhir doanya: Tuhan yang menjawab doa. Mari, tanpa henti dan jangan putus asa, kita terus memanjatkan doa kepada Tuhan di tengah-tengah kesesakan yang kita alami bersama. Walau sepertinya ujung kesusahan ini masih tidak terlihat, janganlah kiranya pengharapan kita kepada Tuhan menjadi pudar. Semoga Tuhan menguatkan kita!