Sekarang, cara yang dilakukan oleh para pemimpin agama Yahudi untuk mendakwa Paulus adalah dengan membangun opini yang salah terhadapnya. Secara khusus, mereka ingin membuat gubernur Kaisarea, Feliks, memercayai bahwa Paulus adalah seorang pembuat kekacauan. Tuduhan itu pun semakin serius dengan kehadiran seorang pengacara sebagai perwakilan mereka yang telah menunjukkan bawah suasana pendakwaan terhadap Paulus memang telah mencapai tahapan yang lebih serius dalam sistem peradilan kekaisaran Romawi. Mereka tidak lagi sekadar berdebat untuk meyakinkan kepala batalion, melainkan memastikan gubernur Feliks juga memiliki kesimpulan yang sama untuk menilai Paulus.
Sahabat Alkitab, potret kisah Paulus pada bacaan Alkitab hari ini telah menampilkan kepada kita sebuah contoh bahaya dari niat jahat yang dibiarkan terus hidup dalam diri seorang manusia. Para orang Yahudi yang berusaha membunuh Paulus masih belum puas hingga niatan mereka tersebut menjadi kenyataan. Setelah mereka gagal melakukannya dengan menggunakan landasan hukum Yahudi, sekarang mereka pun berusaha membunuh Paulus dengan beralaskan hukum Romawi. Tentu saja, hal ini menjadi semakin serius, dalam artian ruang lingkup penentuan sikap terhadap situasi Paulus harus terjadi dalam skala yang jauh lebih besar.
Niatan jahat yang tidak segera ditanggulangi akan berangsur membesar hingga menggerogoti seluruh akal dan nurani seorang manusia. Itulah sebabnnya, kita perlu terus menaga kewarasan pikiran dan ketulusan hati sebagai seorang pengikut Kristus agar terhindar dari kekacauan yang dihasilkan oleh kejahatan dari diri sendiri. Marilah kita mulai dengan lebih peduli terhadap setiap kemarahan, kebencian, maupun perasaan muak yang kerap muncul ketika kita berhadapan dengan orang yang tidak kita sukai. Menanggulangi semua perasaan itu dapat menjadi cara untuk menyelamatkan diri kita sendiri dari pertumbuhan niat jahat yang semakin besar dan serius.