Saat berbelanja biasanya kita akan sangat kecewa jika menemui atau bahkan membeli barang-barang yang secara kemasan sangat menarik tetapi ketika kita buka kemasannya ternyata apa yang ada di dalamnya jauh dari ekspektasi kita. Bukankah kita juga sering menampilkan kepada orang-orang lain “kemasan” yang menarik dari diri kita misalnya dengan perkataan atau bahkan kesalehan kita , tetapi apa yang ada di dalam hati kita justru berkebalikan dengan apa yang ditampilkan tersebut.
Itulah kritik Yesus kepada orang-orang Farisi dan ahli Taurat. Mereka adalah golongan yang terkenal tegas dalam menerapkan Taurat Tuhan kepada umat. Hal tersebut dapat dipahami karena berlandaskan refleksi bangsa Israel yang dalam sejarah harus menerima konsekuensi berat akibat berpaling dari Tuhan dan tidak mengindahkan Taurat-Nya. Murid-murid Yesus pun menerima teguran dari mereka karena memakan makanan dengan tangan yang najis tanpa mencuci tangan terlebih dahulu. Yesus justru mengkritik mereka yang pada prakteknya seringkali memberlakukan hukum Taurat secara tebang pilih. Jika ada “pelanggaran” hukum yang menguntungkan golongan tersebut maka akan menerima pembiaran. Mengikuti Allah dan menaati-Nya haruslah dilakukan dengan utuh berlandaskan seluruh keberadaan kita. Apa yang kita pahami maka itu juga yang kita lakukan.
Bukankah kita juga sering tergoda untuk menjadi seperti orang-orang Farisi tersebut. Berupaya menampilkan diri saleh tetapi di saat yang sama melakukan pembenaran-pembenaran atas dosa yang telah kita perbuat. Menunjuk-nunjuk dan menghakimi orang lain atas apa yang kita nilai sebagai sebuah kesalahan, tetapi di saat yang sama kita pun berkompromi atas dosa. Marilah bertobat dan menaati Allah dengan seluruh keberadaan kita.