Pernahkah saudara membayangkan berada dalam situasi-situasi pelik dan seolah menjadi penentu akan keberlangsungan hidup kita. Seorang penulis dan psikolog kenamaan, Viktor E. Frankl, merupakan orang yahudi yang turut menjadi korban kekejaman Nazi dan dibuang ke kamp konsentrasi. Pengalaman tersebut tidak mudah dilaluinya, bahkan ia harus terpisah dari keluarganya yang tidak menentu nasibnya. Dalam situasi tersebut mudah bagi orang untuk jatuh dalam keputusasaan, tetapi Frankl memutuskan menemukan hal lain dalam penderitaannya. Hal tersebut adalah cinta dan harapan yang menjadi mercusuar di tengah gelapnya hidup yang ia jalani. Pada akhirnya ia dapat bertahan dan bahkan membagikan pengalamannya yang menjadi sebuah buku populer, yang membantu orang lintas zaman.
Demikianlah nuansa yang sama juga kita temukan dalam nubuatan nabi Yehezkiel. Bayangkanlah orang-orang yahudi yang harus menerima kenyataan pelik, kekalahan negaranya dan pembuangan ke babel yang harus mereka jalani. Peristiwa tersebut tidak hanya merusak mental dan spiritualitas bangsa tersebut, kehidupan sehari-hari pun menjadi terganggu. Namun inilah tujuan dari kerajaan Babel, yakni ingin menghancurkan dan membuat bangsa itu putus asa. Tuhan yang tidak pernah berhenti peduli tentu saja tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Melalui mulut Yehezkiel, Ia menguatkan umat sebagaimana yang dapat dilihat dalam teks hari ini. Tuhan akan mencari dan menyelamatkan umatnya dari segala tempat, mengumpulkan mereka, serta memberikan tempat terbaik. Ia akan membalut yang terluka, memberi kekuatan dan menjamin perlindungan. Tindakan tindakan tersebut menampilkan kesan bahwa Allah sajalah yang menjadi pelaku utama penyelamatan Israel.
Pertolongan Tuhan itu nyata, Ia memperhatikan detail terkecil dari kebutuhan umatnya. Hal ini penting di tengah harga diri umat yang sedang hancur. Tuhan tidak menginginkan umatnya jatuh dalam keputusasaan tidak berujung. Orang yang hidup tanpa harapan sama saja dengan orang yang kehilangan hidupnya. Maka dalam situasi yang sulit orang perlu menumbuhkan cinta dan harapan yang berakar pada iman kepada Allah. Hal ini jugalah yang semestinya dimiliki oleh umat pada masa ini. Terutama saat menghadapi situasi zaman yang semakin berat dan penuh dengan pergumulan.