Menurut banyak studi yang dilakukan para ahli, otak manusia terus mengalami perkembangan seiring dengan masa pertumbuhannya. Satu catatan yang penting ialah, perkembangan tersebut akan semakin cepat jika seseorang melatihnya dengan baik. Sayangnya dalam ranah religiusitas kita, seringkali pemahaman iman kita tidak mengalami perkembangan yang signifikan. Akibatnya kita mudah jatuh ke dalam penggodaan.
Inilah yang menjadi pokok perhatian penulis surat Ibrani dalam perikop hari ini. Jemaat yang menjadi tujuan pertama surat Ibrani merupakan komunitas Kristen yang berlatar belakang agama Yahudi, seiring berjalannya waktu pengenalan dan pemahaman mereka akan Kristus juga senantiasa bertumbuh. Namun sayangnya tingkat pemahaman mereka tidaklah berkembang dengan cukup baik. Itulah sebabnya saat tantangan datang kepada komunitas yang kecil itu, banyak anggota jemaat yang tergoda untuk kembali kepada kepercayaan lama. Dengan keras penulis surat Ibrani menegur mereka dengan berkata bahwa mereka bagaikan orang dewasa yang masih mengkonsumsi makanan anak kecil. Ungkapan bernada sindiran tersebut seolah menampar mereka, karena tingkat pemahaman yang tidak bertumbuh dan berkembang dengan semestinya. Wajar saja bila pada akhirnya mereka tergoda untuk meninggalkan Kristus akibat dari pondasi iman yang sangat lemah.
Sahabat Alkitab, marilah kita menjadi orang Kristen yang memiliki rasa haus akan Firman Tuhan. Dengan demikian kita akan mengupayakan mengatasi keterbatasan dan selalu mencari jalan untuk merenungkan Firman-Nya, merefleksikan relasi kita dengan Tuhan, hingga pada akhirnya menumbuhkan keimanan kita. Hal tersebut merupakan modal utama yang harus kita miliki dalam menghadapi tantangan serta pencobaan hidup yang sangat beragam. Saat memiliki pemahaman iman yang tepat, kita tidak mudah diombang-ambingkan dengan berbagai pengajaran yang menjerumuskan ke dalam kebinasaan.