Manusia di dalam menjalani kehidupannya perlu memperlengkapi diri dengan kesediaan untuk merenungkan Firman Tuhan serta mengenali kehendak-Nya dalam hidup kita. Jika kita tidak memiliki kemampuan tersebut, maka kehidupan seolah-olah berjalan tanpa makna. Sayangnya kita sering terperangkap dalam kesombongan yang membuat kita tidak mampu mengenali kehendak-Nya. Inilah yang tergambarkan dalam teks yang kita baca saat ini.
Herodes begitu terkejut saat mendapati sekelompok cendekiawan dari timur datang menemuinya serta bertanya mengenai tempat Raja yang baru lahir itu. Mereka dikenal dengan orang-orang majus yang berasal dari daerah sekitar persia. Kepiawaian mereka membaca tanda-tanda alam untuk menemukan maksud dan kehendak yang Ilahi, menjadikan mereka sebagai kelompok masyarakat yang terhormat. Kemampuan untuk menemukan Yesus Sang Raja itu juga dihasilkan dari kejelian membaca tanda alam.
Menariknya Herodes rupanya tidak mengetahui perihal kelahiran Yesus, Sang Raja, Mesias, yang sesungguhnya telah lama dinubuatkan oleh para nabi. Ia pun mencoba bertanya kepada para pemuka agama Yahudi dan berita kelahiran Sang raja itu dibenarkan oleh imam-imam serta ahli Taurat tersebut. Bagaimana mungkin orang-orang Yahudi yang mengimani diri sebagai bangsa pilihan Allah justru mengetahui kelahiran Sang Mesias dari sekelompok cendekiawan asing? Padahal para nabi sudah menuliskan nubuatan perihal kelahiran-Nya. Hal ini bisa jadi merupakan kritik injil Matius terhadap keangkuhan saudara sebangsanya. Mereka begitu sulit menerima Yesus, padahal Ia adalah Mesias yang telah lama dijanjikan itu.
Seringkali kita pun terjebak dalam kesombongan rohani yang serupa. Merasa paling benar dalam hidup beribadah kita dan merasa sudah paling baik menaati Firman-Nya. Padahal Allah menginginkan agar umat-Nya menjadi pribadi yang rendah hati serta terbuka terhadap segala pengajaran-Nya. IA ingin kita punya kepekaan atas kehendak-Nya dan mengenali tanda-tanda zaman yang tengah terjadi. Marilah kita membuka diri terhadap teguran dan sapaan-Nya. Membaca Firman Tuhan dengan penuh kerendahan hati dan bukan dengan pemikiran kita sendiri, supaya Firman itu benar-benar dapat mengubahkan kita. Kiranya Tuhan menyertai segala upaya kita untuk memiliki kepekaan terhadap kehendak-Nya.