Hal Berpuasa

Renungan Harian | 19 Desember 2024

Hal Berpuasa

Tradisi berpuasa sesungguhnya hal yang tidak asing dalam laku spiritualitas kekristenan. Dalam sejarah gereja praktek ini terdokumentasi dengan baik sebagai sesuatu yang lazim dilakukan. Pada masa kini pun, beberapa denominasi gereja juga menghidupi tradisi berpuasa tersebut. Pada satu sisi banyak kebingungan umat kristen masa kini mengenai cara berpuasa yang tepat dan Alkitabiah. Teks kita pada hari ini menyediakan prinsip dasariah dalam puasa yang kita lakukan.

 

Sejalan dengan nasehat-nasehat Kristus pada perikop sebelumnya, kita dapat menemukan peringatan untuk tidak menjadikan puasa sebagai sarana untuk memegahkan diri. Puasa merupakan salah satu praktik spiritual yang memiliki akar kuat dalam tradisi keagamaan Yahudi, baik dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Dalam prakteknya, selain kewajiban berpuasa puasa (1 hari) di hari pendamaian (Imamat 16:29-31; 23:32-37; Bilangan 29:7), orang-orang Yahudi menambahkan hari-hari puasa secara sukarela (Matius 9: 14; Lukas 2: 37). Yesus mengajarkan kepada para murid agar berpuasa menjadi respons spiritual yang tulus, bukan sekadar rutinitas atau sarana untuk mencari pengakuan manusia.

 

Yesus memperingatkan para murid agar tidak meniru sikap para ahli Taurat dan orang Farisi yang munafik. Mereka berpuasa dengan ‘wajah muram’ dan sengaja ‘mengubah air muka’ untuk menarik perhatian orang lain (ayat 16). Dalam tradisi Farisi puasa dilakukan dua kali seminggu, yaitu pada hari senin dan kamis. Pada hari-hari itu mereka tidak makan dan tidak minum, tidak mandi, bahkan tidak berdandan. Yesus menegaskan bahwa mereka yang berpuasa dengan cara seperti itu “telah mendapat upahnya”, yaitu pujian manusia, yang tidak memiliki nilai di hadapan Allah. Sebaliknya, Yesus mengajarkan agar puasa dilakukan dengan cara yang tidak mencolok. Ia berkata, “Tetapi apabila engkau berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu,” (ayat 17 ) Minyak dan mencuci muka merupakan simbol perawatan tubuh sehari-hari yang biasa dilakukan orang baik saat berpuasa maupun tidak. Dengan kata lain, Yesus mendorong para murid untuk menjaga agar puasa menjadi urusan pribadi antara mereka dan Allah. Yesus mengangkat esensi puasa sebagai tindakan ibadah yang diarahkan kepada Allah, bukan kepada manusia. Allah yang melihat di tempat tersembunyi akan memberikan anugerah sejati dan kekal (ayat 18). Praktik ini menekankan relasi antara manusia dan Allah, di mana puasa menjadi sarana untuk mencari hadirat-Nya, bukan popularitas atau penghormatan duniawi.

 

Sahabat Alkitab, kita kembali diingatkan bahwa segala disiplin rohani yang kita lakukan termasuk puasa kiranya dapat dilakukan dengan hati yang murni serta terarah kepada-Nya. Biarlah ibadah dan segala disiplin rohani yang kita lakukan menjadi sebuah tindakan yang begitu personal antara kita dengan Allah. Bukankah pada akhirnya hal tersebut yang menjadi tujuan akhir dari segala ibadah kita? Yakni memelihara relasi dengan Allah. Godaan untuk menjadikan hal tersebut sebagai sarana untuk terlihat saleh akan selalu ada dan kadang kala begitu kuat, maka marilah memohon hikmat Tuhan, agar ibadah, doa, pelayanan, hingga puasa yang kita lakukan menjadi persembahan kepada Allah dan wujud syukur atas penyelamatan-Nya.

Logo LAILogo Mitra

Lembaga Alkitab Indonesia bertugas untuk menerjemahkan Alkitab dan bagian-bagiannya dari naskah asli ke dalam bahasa Indonesia dan bahasa daerah yang tersebar di seluruh Indonesia.

Kantor Pusat

Jl. Salemba Raya no.12 Jakarta, Indonesia 10430

Telp. (021) 314 28 90

Email: info@alkitab.or.id

Bank Account

Bank BCA Cabang Matraman Jakarta

No Rek 3423 0162 61

Bank Mandiri Cabang Gambir Jakarta

No Rek 1190 0800 0012 6

Bank BNI Cabang Kramat Raya

No Rek 001 053 405 4

Bank BRI Cabang Kramat Raya

No Rek 0335 0100 0281 304

Produk LAI

Tersedia juga di

Logo_ShopeeLogo_TokopediaLogo_LazadaLogo_blibli

Donasi bisa menggunakan

VisaMastercardJCBBCAMandiriBNIBRI

Sosial Media

InstagramFacebookTwitterTiktokYoutube

Download Aplikasi MEMRA

Butuh Bantuan? Chat ALIN


© 2023 Lembaga Alkitab Indonesia