Ingatan manusia jauh lebih kuat dari yang dapat kita bayangkan. Peristiwa-peristiwa tertentu di masa lampau dapat kita rasakan secara nyata berbekal ingatan mendetail atas apa yang terjadi. Salah satu yang menggugah hati untuk diingat adalah peristiwa-peristiwa masa lampau yang menyukakan hati. Mungkin saja berupa kesuksesan/pencapaian dalam hidup, momen berharga bersama dengan yang terkasih, serta beragam momen berkesan lainnya. Bayangkanlah jika hadirnya ingatan tersebut turut mengingatkan kita akan kebaikan Allah hingga memampukan kita untuk menghadapi masa kini dalam iman kepada-Nya.
Inilah yang terjadi pada Ayub seperti yang digambarkan pada Pasal 29. Sebuah gambaran puitis tentang orang benar dan yang mengalami kepenuhan berkat Allah. Setelah perdebatan panjang penuh perbantahan antara Ayub dengan sahabat-sahabatnya tanpa titik temu sekalipun, Ayub merefleksikan kehidupannya. Jika pada masa kini penderitaan begitu hebat menerjang, pernah ada masanya kehidupan sangatlah baik penuh dengan kesukacitaan. Hal tersebut bukan untuk memegahkan diri sendiri tetapi untuk menunjukkan sebagai umat Tuhan yang berupaya untuk hidup dalam kebenaran serta keadilan Allah.
Ayub membuka syair itu dengan ingatan akan masa lampau yang begitu gemilang. Bulan-bulan dan hari-hari yang lalu terasa begitu cerah karena Allah melindungi-Nya. Kehadiran-Nya bersinar bagaikan pelita dalam gelap dan Ayub dapat berjalan dalam ternag-Nya sehingga ia merasa tenang, bahagia, dan aman sentosa. Di masa jayanya, atau lebih tepatnya ketika ia berusia muda, Ayub mengalami pergaulan karib dengan Allah. Ia dikelilingi dengan semangat yang membara untuk terus melangkah dan melakukan berbagai hal dalam kehidupan.
Masa-masa gemilang itu ditandai pula dengan keikutsertaan Ayub dalam perencanaan yang menyangkut masyarakat setempat. Tentu saja hal tersebut terjadi karena penyertaan Tuhan semata. Ayub dapat bertindak dengan baik karena Ia yang berkuasa menyertainya. Apapun pencapaian dan keadaan Ayub di masa lampau senantiasa dikaitkan dengan keberadaan Tuhan yang dekat dengan-Nya serta menyertai Ayub.
Sahabat Alkitab, dari perikop ini kita belajar bahwa ingatan-ingatan akan peristiwa baik di masa lampau haruslah direfleksikan dalam kehendak Tuhan dan penyertaan-Nya semata. Kenangan akan peristiwa-peristiwa baik tersebut akan memberdayakan masa kini, karena meskipun hidup tidak segemilang masa lalu tetapi kita senantiasa berpengharapan karena Allah selalu menyertai. Semoga Tuhan menguatkan kita senantiasa dalam setiap alur kehidupan yang tengah kita jalani.