Saat menghadapi pergumulan seringkali kita terpusat pada hasil akhir yang diharapkan atau dinantikan. Kita lupa pada proses untuk menghadapi pergumulan-pergumulan tersebut yang sejatinya jauh lebih berharga daripada hasil yang menanti. Dalam proses itulah kita menghayati kasih serta penyertaan Allah. Seperti yang tergambarkan melalui Mazmur 21 melalui penggambaran atas sebuah peperangan. 

Mazmur 21 adalah nyanyian syukur atas kemenangan yang diimani sebagai anugerah dari Allah. Pemazmur tidak memusatkan pujiannya pada kecakapan militer atau strategi raja, tetapi pada kekuatan dan keselamatan yang berasal dari Tuhan. Sukacita yang muncul bukanlah euforia sesaat, melainkan kesadaran mendalam bahwa Allah menjawab doa, memenuhi kerinduan, dan memelihara kehidupan umat-Nya. Rasa syukur yang dialami oleh pemazmur berakar pada kesadaran eksistensial, bukan sekadar emosi sesaat.

Jika kita perhatikan dengan seksama, Mazmur 21 tidak sekadar berbicara tentang kemenangan, tetapi juga tentang keadilan. Disampaikan bahwa musuh-musuh yang merancang kejahatan akhirnya ditaklukkan bukan oleh balas dendam manusia, melainkan oleh tangan Tuhan yang bertindak adil. Hal ini menyingkapkan dimensi pengalaman iman, bahwa hidup tidak selalu harus dijelaskan dengan logika pembalasan, tetapi dengan logika pemulihan. Dalam perspektif psikologi trauma, pemulihan sejati terjadi ketika seseorang dapat melihat bahwa luka tidak selamanya menentukan akhir cerita. Justru melalui kehadiran Allah, pengalaman pahit dapat dibingkai ulang sebagai bagian dari perjalanan menuju kemenangan yang lebih dalam, yaitu pemulihan identitas sebagai umat yang dikasihi.

Sahabat Alkitab, barangkali saat ini kita merasa belum menjadi versi terbaik diri kita. Mungkin kita masih tertatih, berjuang, dan menantikan jawaban atas segenap doa-harapan kita. Namun hari ini kita diingatkan, bahwa kemenangan tidak selalu hadir sesuai angan-angan kita. Ia bisa datang dalam bentuk damai di tengah krisis, keteguhan hati saat kehilangan, atau harapan yang tidak padam di tengah berbagai tantangan. Maka, marilah terus berjalan bersama Allah. Sebab kemenangan sejati bukanlah soal seberapa jauh kita berlari, tetapi seberapa dalam kita mengenal siapa yang menyertai langkah kita hingga kini.