Saat malapetaka terjadi dalam kehidupan kita, rasanya sangat sulit untuk merasakan kehadiran Tuhan. Seringkali kita justru mengambil kesimpulan yang sebaliknya; Tuhan tidak peduli, betapa teganya Tuhan, atau mengapa Ia diam saja. Namun bila kita sedikit melihat ke belakang kepada kehidupan yang telah terbentang begitu panjang, benarkah Tuhan memiliki sifat sesuai dengan apa yang kita tuduhkan? Rasanya tidak, karena dalam proses reflektif itu akhirnya kita melihat akan penyertaan Allah yang memampukan kita bangkit dari segala sesuatu. Meskipun demikian segala luapan perasaan tersebut tidaklah menandakan sebuah dosa, tetapi harus diolah lebih lanjut agar dapat menjadi titik pijak bagi pondasi iman yang baru.
Pada Mazmur pasal 74, pemazmur merefleksikan bencana besar yang pernah menimpa bagnsa Israel yakni saat tentara Babel menyerang dan menghancurkan Yerusalem serta bait Allah. Sebagaimana kita ketahui bahwa Bait Allah bukanlah bangunan biasa melainkan sebuah pusat peribadahan yang menyimbolkan kehadiran Allah yang berdiam di tengah bangsa Israel. Begitu beratnya pergumulan tersebut, sampai-sampai pemazmur bertanya kepada Allah apakah Ia melupakan segala karya baik dan pemeliharaan terhadap bangsa tersebut sejak masa nenek moyang mereka. Katanya kepada Allah, “Mengapa Engkau menarik kembali tangan-Mu, menaruh tangan kanan-Mu di dada?” Sebuah pernyataan yang menyiratkan bahwa pemazmur merasa Allah tidak mau lagi menolong mereka.
Meskipun demikian di saat yang sama, ketika pemazmur mengingat karya baik Allah yang telah terjadi sejak zaman nenek moyang mereka. Maka kekuatan dan pengharapan tersebut perlahan-lahan lahir kembali. Dengan penuh keyakinan ia berkata, “berapa lama lagi, ya Allah, lawan mencela, dan musuh menista nama-Mu terus-menerus?” Bukan berarti ia meragu, tetapi justru karena yakin bahwa Tuhan pasti menolong. Ia tahu bahwa Tuhan adalah satu-satunya sumber dari segala pertolongan.
Sahabat Alkitab, kehidupan seringkali menjadi begitu berat. Apalagi tekanan zaman juga semakin beraneka ragam. Di tengah segala kesulitan tersebut, mungkin kita merasa Allah menjadi begitu jauh. Namun yakinlah bahwa Ia selalu menjadi Allah yang berkarya bahkan dalam diam sekalipun. Kasih dan pertolongan Tuhan nyata melalui berbagai cara, bahkan dalam hal-hal yang tidak terduga sekalipun.