Banyak dari antara kita mungkin pernah dikecewakan karena seseorang yang kita kenal atau kasihi mengingkari janjinya. Dewasa ini, keluarga-keluarga Kristen hancur karena seorang suami atau istri mengingkari janji pernikahannya. Barangkali itu pula yang tengah kita pergumulkan saat ini. Hati yang hancur dan patah karena merasa dikhianati oleh orang lain. Bersyukurlah bahwa pada saat ini kita diingatkan kembali akan Sang Khalik yang tidak pernah sekalipun melalaikan janji-Nya. 

Bacaan kita diawali dengan sebuah keyakinan akan kasih setia Tuhan. Sang pemazmur begitu yakin akan apa yang disaksikannya dan dikisahkan kepadanya oleh para leluhur Israel. Keyakinan tersebut diekspresikan dengan kesediaan dari pemazmur untuk menceritakan kasih serta kebaikan Allah tersebut secara turun temurun. Hal tersebut lahir karena perjanjian yang ditegakkan antara para Bapa leluhur Israel dengan Allah. Selamanya bangsa Israel akan menjadi umat Tuhan, dan Tuhan menjadi Allah atas Israel. 

Janji dan kesetiaan Allah terbentang di sepanjang zaman melewati berbagai kesulitan serta tantangan. Bahkan ketika Kerajaan Israel porak poranda, apa yang dijanjikan Allah bukannya tidak terwujud. Ia tetap setia pada janji-Nya dan akan terus memelihara Israel. Pemazmur menggambarkan kasih setia Allah yang tidak dapat dibandingkan dengan siapapun, bahkan jika ada ilah-ilah lain di antara awan-awan, tidak ada yang dapat menandingi Allah. Kekuasaan-Nya akan ditegakkan untuk selamanya dan mengatasi laut yang ganas, negara yang tampaknya begitu adidaya, hingga kepada langit, serta semesta ini. 

Pengakuan akan kesetiaan Allah menegakkan janji-Nya membuat kita kembali teguh berdiri dalam gelora badai kehidupan yang mungkin kita alami saat ini. Janganlah berkecil hati dan merasa bahwa dunia sudah berakhir saat kita mengalami berbagai kekecewaan dari orang lain bahkan pengkhianatan. Allah ada pribadi yang tidak mungkin meninggalkan kita. Ia menjaga janji kesetiaan-Nya kepada umat asalkan kita dengan teguh memegang dan menghidupi perjanjian dengan-Nya.