Keselamatan sering kali kita bayangkan sebagai sesuatu yang menanti di ujung perjalanan: sebuah pelabuhan penuh damai setelah badai kehidupan. Namun pemazmur mengajak kita melihat lebih dalam: keselamatan bukan hanya akhir yang kita tuju, tetapi cara hidup yang ditempa melalui penantian yang setia dan ketaatan yang berakar pada kasih akan firman Tuhan. Dalam ayat 166 ia berkata, “Aku berharap pada karya keselamatan-Mu, ya TUHAN, dan aku melakukan perintah-perintah-Mu.” Di sini kita melihat bahwa penantian bukan hanya soal menunggu pasif, tetapi bergerak dan bertindak. Harapan bukan sekadar gagasan teologis, tetapi kompas yang menuntun langkah hidup setiap hari.
Bagian penutup Mazmur 119 (ayat 169–176), pemazmur memperlihatkan pergumulan batin yang sangat manusiawi dan jujur. Ia kembali memohon pertolongan Tuhan, sekaligus memohon pengajaran dan pengertian. Sebuah kerinduan yang telah berulang di seluruh pasal: memohon pengajaran (ay. 68, 102, 108, 124) dan pengertian (ay. 100, 104, 125, 130, 144). Semua itu lahir karena ia mengasihi Taurat Tuhan dan menjadikannya sumber sukacita dan pegangan hidupnya.
Meski hidupnya tampak saleh, pemazmur memberikan pengakuan yang menggugah, “Aku tersesat seperti domba yang hilang, carilah hamba-Mu ini…” (ay.176). Ia tahu jalan yang Tuhan tunjukkan, tetapi di tengah tekanan lawan, ia menyadari bahwa ia tetap bisa tersesat, kecuali Tuhan sendiri mencarinya, menggembalakannya, dan memulihkannya. Tentu ini bukanlah suara orang jauh dari Tuhan, melainkan suara orang yang dekat, tapi sadar bahwa ketaatannya tidak pernah cukup tanpa anugerah.
Sahabat Alkitab, hari ini kita diingatkan bahwa mengetahui firman Tuhan dan berusaha menaatinya tidak cukup bila tidak dihidupi dalam persekutuan yang intim dengan Tuhan. Disiplin rohani, pengetahuan Alkitab, dan pelayanan adalah ruang di mana kita menantikan Tuhan; namun keselamatan sejati terwujud ketika hati kita dituntun, diajar, dan dipelihara oleh Sang Gembala Agung setiap hari. Keselamatan bukan sekadar tujuan akhir, tetapi cara hidup: berjalan bersama Tuhan dalam kerendahan hati, bersandar pada kasih karunia, dan membuka seluruh hidup di hadapan-Nya.
























