Seminar Alkitab | Hortensius F. C. Mandaru
Pengantar Mengenal Teks Alkitab
Ketika membaca Alkitab dari berbagai versi atau terjemahan lain, sering kali ditemukan perbedaan yang signifikan. Hal ini menimbulkan pertanyaan, Mengapa teks Alkitab berbeda? Fakta ini perlu dijelaskan secara transparan agar pembaca juga perlu menghindari pemikiran atau solusi yang bersifat ekstrim yang sering kali diterapkan, yakni harmonisasi untuk menyamakan semua teks agar seragam dan selektif memilih teks tertentu serta mengabaikan teks lain.
Sebaliknya, pembaca teks memerlukan pendekatan yang mengakui fakta tekstual, memahami latar belakangnya, dan tetap mempertahankan keyakinan pada otoritas Alkitab. Fokus utama pembahasan adalah pada tiga bidang yang menjadi sumber perbedaan: teks sumber, penafsiran, dan terjemahan.
Fakta tentang Teks Asli dan Salinan
Salah satu poin dasar yang ditekankan adalah tidak ada tulisan tangan sang penulis asli (otografi) Alkitab itu sendiri. Hanya ribuan salinan (manuskrip) dan terjemahan dari teks-teks awal. Para ahli tekstual merekonstruksi teks asli yang diasumsikan pernah ada dengan membandingkan dan menganalisis berbagai salinan.
Meskipun demikian, menurut data menunjukkan bahwa 90% kata dalam teks Ibrani Perjanjian Lama tidak memiliki masalah tekstual. Sebab yang menyalin teks adalah kaum Masoret karena mereka cukup teliti. Kemudian dalam Perjanjian Baru 1-2% dari varian dalam teks Yunani yang memiliki dampak signifikan terhadap makna atau pesan teologis. Poin ini sangat krusial, karena menegaskan bahwa ada varian, inti dari pesan Alkitab tetap utuh dan dapat diandalkan.
Perkembangan dan Teks Sumber Alkitab
berdasarkan sejarah, proses penulisan Alkitab membutuhkan waktu yang lama untuk menjaga keaslian isi dan makna dari penulisan. Perjanjian Lama ditulis secara bertahap dalam bahasa Ibrani dan Aram, dimulai sekitar abad ke-10 SM. Sementara itu, Perjanjian Baru ditulis dalam bahasa Yunani Koine, dimulai sekitar tahun 50 M, saat para saksi mata dari peristiwa-peristiwa kehidupan Yesus mulai berkurang.
Proses penulisan Perjanjian Lama menggunakan teks sumber utama yang digunakan adalah Teks Masoret (TM). Namun, teks-teks edisi kritis modern juga mempertimbangkan naskah-naskah kuno lainnya, seperti Gulungan Laut Mati (ditemukan di Qumran) dan Septuaginta (LXX), sebuah terjemahan Yunani kuno dari Alkitab Ibrani. Teks-teks ini seringkali menunjukkan variasi yang membantu para ahli memahami bagaimana teks Alkitab berkembang zaman.
Lalu proses penulisan Perjanjian Baru menggunakan teks sumber utamanya adalah ribuan manuskrip Yunani kuno salah satunya manuskrip papyrus, naskah tertua dalam papyrus seperti fragmen Yohanes 18 dari Tahun 125-170 M dan naskah kitab Roma, Ibrani, 1-2 Korintus, Efesus, Galatia, Filipi, Kolose dan 1-2 Tesalonika, diperkiraan ditemukan 200 M. Selain itu beberapa manuskrip terkenal di antaranya adalah Kodeks Sinaitikus, Vatikanus, Aleksandria dan Beza. Perbandingan manuskrip-manuskrip ini menghasilkan teks edisi kritis modern yang digunakan sebagai dasar untuk sebagian besar terjemahan Alkitab saat ini.
Contoh-contoh Perbedaan Tekstual dan Terjemahan
Berikut beberapa contoh spesifik untuk menggambarkan bagaimana perbedaan muncul. Contoh-contoh ini sangat membantu dalam membuat konsep yang abstrak menjadi lebih nyata:
- Perbedaan dalam Perintah Yesus: Perbedaan antara Injil Matius dan Markus tentang instruksi Yesus kepada murid-muridnya mengenai membawa tongkat. Matius 10:10 melarang membawa tongkat, sementara Markus 6:8 mengizinkan mereka untuk membawanya. Ini bisa jadi perbedaan redaksional atau sudut pandang yang disengaja dari masing-masing penulis Injil.
- Perbedaan Leksikal: Dalam Yesaya 21:8, teks Masoret menggunakan kata “אַרְיֵה (aryeh, singa)”, sehingga terbaca “dan berserulah seekor singa.” Namun, Septuaginta menerjemahkannya sebagai “ὡς λέων (hōs leōn, seperti seekor singa)”, sehingga bukan singa yang berbicara, melainkan penjaga yang berseru dengan suara seperti singa. Sementara itu, teks Qumran memuat kata “הָרֹאֶה (ha-ro’eh, sang pengamat/penjaga)”. Perbedaan ini menunjukkan adanya variasi teks sumber yang mempengaruhi terjemahan.
- Bagian "Tiga Saksi" dalam 1 Yohanes 5:7-8. merupakan salah satu contoh varian tekstual yang paling terkenal. Bagian yang sering dikenal sebagai ‘Comma Johanneum’ tidak ditemukan dalam manuskrip Yunani kuno yang paling awal dan paling handal, dan dianggap sebagai tambahan yang disisipkan di kemudian hari. Contoh ini menunjukkan bagaimana para ahli tekstual dapat mengidentifikasi penambahan yang tidak asli.
Prinsip Terjemahan sebagai Penyebab Perbedaan
Selain variasi teks sumber, perbedaan juga muncul karena pendekatan yang berbeda dalam penerjemahan Alkitab. Hal tersebut menunjukkan dua filosofi terjemahan utama:
- Terjemahan Formal (Harfiah): Pendekatan ini berupaya sedekat mungkin mempertahankan struktur, kata, dan ungkapan dari bahasa sumber. Keuntungannya adalah ketepatan leksikal, tetapi kekurangannya adalah terkadang hasil terjemahannya bisa terdengar kaku atau sulit dipahami dalam bahasa target.
- Terjemahan Dinamis (Fungsional): Pendekatan ini berfokus pada komunikasi makna atau pesan dari bahasa sumber ke bahasa target, bahkan jika harus mengubah bentuk kalimat atau ungkapan. Keuntungannya adalah kemudahan pemahaman bagi pembaca modern, tetapi kekurangannya adalah bisa kehilangan nuansa atau keindahan ungkapan asli.
Sebagai contoh, perbandingan terjemahan Amsal 10:2, salah satu terjemahan formal menggunakan kata ‘kekayaan’ sementara terjemahan dinamis menggunakan ‘harta’, yang lebih umum. Pilihan kata ini menunjukkan bagaimana menerjemah membuat keputusan yang mempengaruhi hasil akhir. Contoh lain adalah perbedaan terjemahan Ayub 19:26, di mana versi KJV (King James Version) menafsirkan teks secara berbeda dari versi modern, menunjukkan evolusi pemahaman dan keputusan penerjemahan.
Penjelasan Akhir dan Relevansi Teologis:
Secara keseluruhan, penegasan perbedaan dalam teks Alkitab adalah hal yang wajar dan dapat dijelaskan secara historis dan teologis. Perbedaan ini tidak mengurangi otoritas Alkitab, melainkan memberikan wawasan lebih dalam tentang bagaimana firman Allah dilestarikan dan disalin dari generasi ke generasi.
Pesan utama agar umat Kristen tidak panik atau menjadi skeptis karena perbedaan-perbedaan ini. Mendorong umat Kristen untuk mengadopsi sikap yang matang, di mana mereka mengakui realitas tekstual sambil mempertahankan iman. variasi yang ada umumnya bersifat minor dan tidak mengubah doktrin sentral Kristen, seperti ketuhanan Yesus, kebangkitan-Nya, dan keselamatan melalui iman.
Akhirnya, materi ini bukan hanya untuk memberikan informasi teknis, tetapi juga untuk menguatkan keyakinan. Dengan memahami proses di balik teks Alkitab termasuk ketidaksempurnaan manusia dalam menyalin. Kebanyakan orang dapat lebih menghargai mukjizat pelestarian teks ini selama ribuan tahun. LAI, sebagai lembaga yang menerjemahkan dan menyebarkan Alkitab, menunjukkan komitmennya pada transparansi dan pendidikan, membantu jemaat untuk lebih memahami dasar iman mereka.