Belajar Membaca

Belajar Membaca

 

Program Pembaca Baru Alkitab (PBA) di Siberut, Kepulauan Mentawai sudah berlangsung sembilan bulan. Sepekan yang lalu, Satuan Kerja Internal Audit (SKIA) Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) hadir di Siberut untuk memantau pelaksanaan program dan melihat dari dekat perkembangan kemampuan para warga belajar. Saat ini program PBA di Siberut menjangkau 1336 orang warga belajar. Mereka berada dalam 69 kelas belajar yang tersebar di berbagai wilayah Pulau Siberut. Para peserta terdiri dari beragam latar belakang usia, mulai dari 10 hingga 60 tahun. 

Untuk memastikan program PBA berjalan sesuai rencana dan proses belajar mengajar berlangsung optimal, Pimpinan Lapangan Program PBA di Siberut, Fredrik Talo Goro rutin melakukan koordinasi dengan para koordinator lapangan, yaitu: Filipus Bora Kaduka (Desa Taileleu dan Katurei, Siberut Barat Daya), Siman Wulang (Kecamatan Siberut Tengah). Untuk wilayah terjauh yaitu Desa Sagulubbeg (Siberut Barat Daya) dan Desa Madobag di Siberut Selatan langsung dikoordinir oleh Fredrik Talo Goro dan Alfred Ndawa Hamanai. Ketiga kecamatan tersebut berada semuanya berada di Pulau Siberut, tetapi akses jalan darat tidak memadai sehingga untuk menuju wilayah-wilayah tersebut harus melalui jalur laut atau sungai dari kantor sekretariat PBA di Muara Siberut. Konsekuensinya biaya transportasi tinggi. Bila cuaca buruk dan gelombang laut sedang tinggi, kunjungan dan monitoring ke kelas-kelas belajar tidak mungkin dilakukan. Demikian juga jika sungai mengalami banjir atau sebaliknya airnya surut dan kering. 

Meski berada dalam satu wilayah yang sama, kami harus naik pompong (perahu lebih kecil) untuk menjangkau kelas-kelas belajar. Kami bersyukur melihat semangat warga dalam mengikuti kelas-kelas belajar. Tak jarang kami prihatin, melihat warga-warga yang sudah sedemikian rajin mengikuti kelas belajar, namun perkembangan kemampuannya sangat lambat. Ada pula anak-anak Sekolah Dasar (SD) di Siberut yang mengikuti kelas PBA demi meningkatkan kemampuan mereka dalam membaca dan menulis. Banyak dari mereka, meskipun sudah duduk di kelas 4 SD belum bisa membaca dengan lancar. Tantangan lainnya datang dari kebiasaan sehari-hari warga sendiri. Kala di kampung berlangsung acara-acara adat, kegiatan berladang dan musim panen, kehadiran warga di kelas belajar mengalami penurunan. 

Dalam pertemuan dengan para pengajar (tutor), Fredrik mengusulkan untuk memberikan kelas-kelas tambahan bagi warga yagn belum bisa membaca dan berhitung sederhana. Fredrik  juga menghimbau para tutor untuk mendorong semangat warga untuk belajar, salah satunya dengan mengunjungi peserta yang tidak datang saat kelas pengajaran berlangsung. 

Kemajuan teknologi (HP) ternyata turut membantu kemajuan warga belajar. Sekarang banyak warga belajar yang sudah bisa membalas Chat WA, meskipun masih sering salah ketik atau salah tanda baca, misal: kurang huruf, tanpa spasi, kata kurang huruf, tanpa titik ataupun koma. Semoga dalam dua bulan terakhir ini, para peserta semakin bersemangat dalam belajar dan lulus evaluasi tahap akhir  pada bulan Maret atau April 2024 ini.

Semoga Program PBA Siberut di Kepulauan Mentawai menghadirkan berkat bagi gereja dan umat Tuhan di sana. Warga yang bisa membaca dan dinyatakan lulus evaluasi, akan menerima Alkitab dari LAI dan mencintai Tuhan lebih dalam melalui Firman-Nya.(alpha)