Peran pemimpin di tengah sebuah komunitas sangatlah besar. Ia dapat membangun para individu untuk berlaku efektif satu terhadap yang lain, atau ia justru dapat melakukan yang sebaliknya. Seorang pemimpin dapat mengarahkan komunitasnya untuk berjalan ke arah yang benar dengan langkah yang tepat atau justru membawanya ke sembarang arah dalam ketidakjelasan langkah. Peran pemimpin di dalam Alkitab pun kerap muncul untuk menggambarkan hubungan antara Tuhan dengan umat-Nya yang menegaskan perihal kehadiran Tuhan sebagai pemimpin yang baik bagi mereka.
Pada perikop ini kita pun melihat contoh pemimpin yang buruk bagi komunitas yang ia pimpin. Sikap tidak bertanggung jawab dan kerusakan cara para anak Samuel dalam menjalani peran sebagai hakim bagi bangsa Israel telah menghancurkan pola relasi dan cara pandang iman umat. Alhasil, ditambah keirihatian pada cara hidup bangsa lain yang memiliki sosok raja, orang Israel pun memilih untuk mangkir dari pola hidup yang berada langsung dalam pimpinan Tuhan. Dialog antara Samuel dengan Tuhan pun sudah cukup menggambarkan mengenai besarnya dampak dari peran kepemimpinan yang gagal, yakni ketika Tuhan berkata, “bukan engkau yang mereka tolak, tetapi Akulah yang mereka tolak supaya Aku tidak lagi menjadi raja atas mereka.”
Sahabat Alkitab, berdasarkan permenungan firman Tuhan pada hari ini kita pun mendapati sebuah kenyataan yang sangat penting untuk kita gumuli dalam menjalani hidup keseharian sebagai umat Tuhan. Kita perlu menyadari bahwa setiap sikap dan cara yang kita tampilkan di hadapan orang lain selalu memiliki dua dampak, yakni menjadi berkat atau justru menjadi batu sandungan bagi mereka. Ketiadaan kualitas kepemimpinan yang bertanggung jawab dan jujur pada diri anak-anak Samuel telah menjadi sandungan bagi orang Israel. Alhasil, mereka pun tidak hanya gagal dalam menjalankan peran sebagai pemimpin bagi umat Tuhan, melainkan juga secara tidak langsung telah menggiring umat ke arah yang sesat hingga berujung pada pengambilan keputusan yang keliru di hadapan Tuhan, yaitu meminta kehadiran raja sebagai pemimpin bangsa. Oleh sebab itu, sudah selayaknyalah bagi setiap umat Tuhan untuk selalu cermat dan sadar diri dalam menampilkan kehadirannya di hadapan orang. Tentu saja kita melakukannya dalam ketulusan yang dimulai dari dalam hati dan pikiran, serta dijalankan dengan penuh kesungguhan, bukan justru dalam kepalsuan demi membangun cita diri yang terkesan positif di hadapan orang banyak.