Seringkali kita memandang tempat ibadah tidak berbeda dibandingkan dengan tempat-tempat lainnya. Sehingga pemahaman tersebut turut memengaruhi bagaimana kita bersikap dan memandang tempat ibadah. Mungkin kita kurang hormat dalam memperlakukannya atau bahkan tidak ada lagi penghayatan akan kekudusan Allah yang seharusnya direfleksikan melalui tempat ibadah itu sendiri. Simbol-simbol yang terdapat dalam tempat ibadah seharusnya membantu kita untuk merasakan Allah.
Hal tersebut berbanding terbalik dengan cara bangsa Israel memperlakukan dan menghayati Bait Suci. Mereka memandang Bait Suci sebagai tempat kediaman-Nya yang memberikan keyakinan iman yang teguh bahwa Allah senantiasa bersama bangsa tersebut. Itulah sebabnya dalam masa-masa sebelum dan sesudah bangsa Yehuda ke tanah leluhur, satu hal yang dijanjikan Allah adalah pemulihan-Nya mencakup berdirinya kembali Bait Suci. Pada teks yang kita baca di gambarkan tentang rancang bangun Bait Suci yang muncul dalam penglihatan nabi Yehezkiel. Ia diminta untuk memperhatikan dengan seksama setiap proses pengukuran yang dilakukan oleh sosok dalam penglihatan tersebut. Proses pengukuran dimulai dari tembok di sekitar bangunan, hal ini dapat kita pandang sebagai simbol perlindungan dan keamanan yang Tuhan sediakan bagi umat-Nya. Lalu dilanjutkan dengan pengukuran pintu gerbang dan kamar-kamar jaga. Tiang-tiang di pintu gerbang juga menjadi perhatian karena berpengaruh pada struktur yang kokoh dan teratur untuk menjaga kesucian tempat ibadah. Informasi yang disampaikan dengan rinci dan mendetail ini menunjukkan bahwa setiap aspek Bait Suci dirancang dengan cermat dan sungguh-sungguh.
Sahabat Alkitab, ketika membaca sekilas tentang teks ini, mungkin yang terlintas dalam benak kita sebatas rincian bangunan yang terkesan ‘kaku’. Namun sesungguhnya dibalik rincian informasi ini kita dapat berefleksi tentang tindakan Tuhan yang menuntun umat dalam membangun tempat kediaman-Nya. Itu artinya, tempat tersebut bukan sekedar bangunan biasa, melainkan telah dikuduskan karena dalam Bait Suci lah terjadi bentuk komunikasi yang intens antara Tuhan dengan umat-Nya. Di masa kini pemahaman tersebutlah yang kurang dikembangkan. Gereja dipandang tidak selayaknya bangunan-bangunan yang lain. Padahal jikalau gereja telah dikhususkan sebagai tempat untuk menyembah-Nya, maka seharusnya gereja memiliki tempat yang spesial dalam proses beriman kita. Di sanalah terjadi interaksi yang meneguhkan dengan sesama saudara beriman, dan di tempat itulah kita juga mendapatkan sarana untuk beribadah kepada-Nya. Maka marilah kita memelihara gereja kita masing-masing, tidak hanya secara fisik tetapi juga menghayati kekudusannya dalam proses keberimanan kita.