Bagi seorang penemu atau inventor, rasanya menjadi sebuah kebanggaan jika rancang bangun gambar atau desain yang ia buat dapat diwujudkan sesuai dengan fungsi dan rancangannya semula. Allah Sang Pencipta semesta telah menciptakan manusia segambar dan serupa dengan-Nya. Dengan demikian Allah menciptakan kita untuk memenuhi maksud serta tujuan-Nya yakni memuliakan nama-Nya dan mewujudkan kebaikan atas semesta. Sayangnya kita memberontak kepada Allah. Dosa menjadi sebuah keniscayaan. Maka terdorong oleh kasih-Nya kepada manusia ciptaan-Nya, Ia mengutus Putra-Nya untuk menyelamatkan kita dari kekuasaan dosa. Melalui Tuhan Yesus Kristus, Putra-Nya, Allah menganugerahkan pengampunan dosa dan membersihkan kita dari dosa.
Gambaran penyelamatan Yesus diterjemahkan dalam berbagai cara yang memudahkan keterbatasan logika manusia untuk menggapainya. Penulis surat Ibrani mencoba menggambarkan penyelamatan Allah dalam Yesus dengan menempatkan Kristus sebagai Sang Imam Besar. Berbeda dengan imam besar yang ada selama ini, Yesus tidak hanya menjadi pengantara melainkan kurban penebusan itu sendiri. Karya yang dilakukan Yesus memperbaharui praktik dan ritual yang ada selama ini. Dalam peribadatan di kemah suci, bangsa Israel kebanyakan hanya dapat menyaksikan Imam Besar melakukan persembahan kurban di ruang maha kudus. Dinyatakan pada Ibrani 9:9-10, bahwa persembahan dan kurban yang dipanjatkan tidak dapat seutuhnya menguduskan mereka yang mempersembahkan karena ada keterbatasan di dalamnya karena pada akhirnya semuanya hanyalah peraturan lahiriah yang hanya berlaku sampai ada pembaruan. Kapankah pembaruan itu? Ketika Yesus Kristus datang sebagai Sang Imam Besar.
Yesus digambarkan telah melintasi “kemah yang lebih besar dan lebih sempurna, yang bukan dibuat oleh tangan manusia — artinya yang tidak termasuk ciptaan ini — dan Ia telah masuk satu kali untuk selama-lamanya ke dalam Tempat Kudus.” Bahasa ritual dipakai untuk menggambarkan karya Yesus. Ia telah menjalankan peran sebagai Sang Imam Besar dengan masuk ke tempat kudus yang hanya boleh dimasuki Imam Besar dan mengurbankan nyawa atau darah-Nya sendiri sebagai sumber kelepasan yang kekal. Itulah makna pengurbanan Tuhan dan karya penebusan yang telah membenarkan kita.
Sahabat Alkitab, pada saat ini yang terpenting bagi kita adalah merespon dengan tepat karya penebusan Tuhan tersebut. Salah satunya adalah dengan mewujudnyatakan hidup yang penuh syukur dan memusatkan kehidupan hanya pada kehendak-Nya saja. Ia membebaskan kita dari hukuman yang seharusnya kita tanggung, maka sudah sepatutnya bila kebebasan tersebut digunakan dengan baik dan diwujudkan melalui hidup sehari-hari. Kiranya rasa syukur kita dapat diwujudkan secara konkret dengan melawan kecenderungan kepada dosa.