Pengantara adalah penghubung atau perantara diantara dua belah pihak. Ia menjembatani antara dua belah pihak yang ada. Dalam dunia diplomasi, biasanya situasi ini terjadi dalam perundingan-perundingan tertentu terutama pada penyelesaian konflik-konflik tertentu. Gambaran inilah yang kemudian dikenakan kepada Yesus menurut surat Ibrani. Ia menjadi pengantara yang membuka jalan kepada pembenaran manusia.
Pada teks kali ini, penulis Ibrani mengajak kita untuk mengenali karya Kristus sebagai Pengantara, yaitu membawakan perjanjian yang baru. Pada perjanjian yang pertama, ikatan antara Allah dan bangsa Israel diikat berdasarkan ketaatan umat terutama dalam melakukan bakti kepada Allah dengan segala hukum-Nya. Namun sayangnya manusia gagal untuk tetap setia pada perjanjian tersebut, sehingga Allah berinisiatif untuk menegakkan perjanjian yang baru. Jika dahulu hukum Taurat mengajarkan bahwa pengampunan dosa diberikan melalui pengurbanan, yakni penumpahan darah, kini hal tersebut disempurnakan dengan penumpahan darah berdasarkan karya salib Kristus yang menuntaskan tuntunan ini. Ibrani 9:22 menegaskan bahwa, “menurut hukum Taurat, segala sesuatu disucikan dengan darah, dan tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan.”
Maka dari itu perjanjian yang baru ini jauh lebih berharga dan seharusnya melekat dalam sanubari setiap orang yang percaya kepada-Nya. Kita tidak lagi mendasarkan penebusan dosa pada darah kurban, melainkan pada pengurbanan sekali untuk selamanya yang secara sadar telah dipilih dan dilakukan oleh Tuhan Yesus Kristus. Dengan pengurbanan Kristus, hati nurani manusia disucikan agar kita dapat menyembah Allah yang hidup. Pengurbanan Tuhan ini juga mempersatukan seluruh orang percaya untuk menuju arak-arakan penyembahan dan bakti kepada Tuhan. Dengan demikian visi Allah atas dunia ini menjadi mungkin dengan seluruh umat percaya menjadi pelaksana kehendak-Nya.
Sahabat Alkitab, marilah kita dengan setia menghayati hidup dengan bersumber pada kasih karunia-Nya. Melaksanakan segala bentuk bakti serta ibadah kepada Tuhan bukan karena kita menginginkan keselamatan melainkan karena bersyukur atas segala hal yang telah Ia anugerahkan kepada kita. Pengurbanan Kristus begitu mahal demi membenarkan kita dari dosa. Maka dari itu jangan sia-siakan pengurbanan-Nya dengan hidup semau kita sendiri. Kiranya Tuhan menuntun kita untuk dapat selalu mewujudkan kehendak-Nya.