Bangsa Yahudi menerima banyak hukum Taurat dari Allah, tujuannya adalah untuk membimbing mereka agar hidup dalam ketaatan, menyembah Allah dengan benar, dan melakukan hal-hal yang berkenan kepada-Nya. Namun keterbatasan sebagai manusia, tak jarang membuat mereka menggeser fokus dari tujuan utama hukum tersebut, sehingga hukum tersebut malah menjadi beban. Gejala itu seolah-olah menghalau jalan menuju hubungan yang lebih dekat dengan Allah.
Yesus, yang lahir dan bertumbuh dalam tradisi Yahudi, tidak pernah mengabaikan hukum Taurat bahkan yang terkecil sekalipun. Ia juga tidak sekadar mematuhi hukum sebagaimana yang dilakukan ahli-ahli Taurat dan orang Farisi, yang sering terjebak dalam formalitas dan tidak memahami kehendak Allah yang sesungguhnya. Sebaliknya, Yesus menggenapi hukum Taurat dengan menghadirkan esensinya, yaitu kasih dan hubungan yang hidup dengan Allah. Dalam pengajaran-Nya, Yesus menunjukkan bahwa hukum Taurat tidak hanya bertujuan untuk mencegah dosa, tetapi juga mengarahkan umat kepada maksud Allah yang lebih dalam. Ia menegaskan bahwa pelaksanaan hukum harus disertai kesungguhan hati dan kasih. Sebagai contoh, dalam Matius 5:20, Yesus berkata, “Jika hidupmu tidak lebih benar daripada ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga”. Pernyataan ini menggarisbawahi pentingnya kebenaran hati yang melebihi kepatuhan formal terhadap hukum.
Sahabat Alkitab, teks hari ini mengingatkan kita bahwa ada kalanya hidup beragama sekadar formalitas karena penghayatannya hanya berhenti pada pengertian serangkaian aturan yang harus dipatuhi, dan bukan pada spiritualitas yang berdasarkan relasi dengan Allah. Bahkan, dalam komunitas yang dianggap suci sekalipun, manusia dapat terjatuh dalam sikap yang jauh dari maksud Allah. Melalui pengajaran Yesus Kristus ini, kita diajak untuk mengenal Allah secara pribadi dan menjalani kehidupan yang berlandaskan kasih, bukan sekadar kepatuhan. Dengan demikian, hukum Taurat tidak lagi menjadi beban, tetapi menjadi jalan menuju hidup yang berkenan di hadapan Allah dan penuh makna bagi sesama.