Setelah ratapan panjang di bagian awal, Mazmur 102 tiba-tiba berubah nada. Dari “Aku” yang lemah dan rapuh, kini suara pemazmur menatap “Engkau” yang kekal dan penuh kuasa. “Tetapi Engkau, ya TUHAN, bertakhta untuk selama-lamanya, dan nama-Mu tetap diingat turun-temurun.” Ada pergeseran dari kesadaran diri yang terpecah menuju kesadaran akan Allah yang utuh. Di sinilah pengharapan lahir, bukan dari keadaan yang membaik, tetapi dari perubahan perspektif.
Pemazmur melihat Allah yang bangkit menyayangi Sion, Allah yang mendengarkan doa orang tertindas. Pusat mazmur kini bukan lagi penderitaan manusia, melainkan tindakan Allah dalam sejarah. Dengan nada profetik, ia menatap generasi yang akan datang, “Biarlah hal ini dituliskan bagi generasi mendatang, sehingga bangsa yang diciptakan nanti akan memuji-muji TUHAN.” (ayat 19). Doa ini berkembang, dari ratapan pribadi menjadi nyanyian kolektif. Penderitaan individu menemukan maknanya dalam karya Allah yang melampaui waktu. Perubahan ini menggambarkan pergeseran dari alienasi (keterasingan) menuju transendensi (melampaui diri dan situasi untuk menemukan makna yang berakar pada kehadiran Allah). Pemazmur menyadari bahwa meski hidupnya singkat, ia adalah bagian dari kisah yang lebih besar. Ia menatap langit dan bumi yang akan lenyap, tapi Allah tetap sama. Dalam kesadaran itu, ia menemukan.
Sahabat Alkitab, harapan sejati bukan soal menunggu keadaan membaik, tetapi berani percaya pada kesetiaan Allah yang tak terlihat. Harapan bukanlah sekadar optimisme psikologis, tetapi tindakan iman. Ketika pemazmur berkata, “Keturunan hamba-hamba-Mu akan tinggal dengan tenteram,” itu adalah kesaksiannya bahwa karya Allah melintasi generasi. Menghidupi harapan berarti hidup dengan kesadaran bahwa kita bagian dari sesuatu yang lebih besar dari diri kita sendiri. Bahwa di balik pergulatan dan kefanaan, ada Allah yang tetap bertahta. Harapan bukanlah ilusi untuk menutupi rasa sakit, melainkan ruang tempat kita belajar percaya bahwa kasih Allah tidak pernah usang, bahkan ketika dunia berubah rupa.

























