Keberadaan Allah sesungguhnya melampaui kemampuan manusia untuk merengkuh-Nya dalam nalar maupun penginderaan kita. Meskipun demikian, kita memahami bahwa Allah yang kita kenal merupakan Tuhan yang menghampiri manusia serta menyatakan diri-Nya lewat berbagai cara. Dalam perjumpaan dengan orang lain bahkan melalui benda-benda alam yang diciptakan-Nya.
Mazmur 113 merupakan upaya pemazmur untuk mengingatkan kembali umat Israel tentang Allah yang kebesaran-Nya melampaui apapun yang ada dalam alam semesta. Kita adalah hamba-hamba-Nya yang dicipta untuk tunduk mengabdi pada Sang Pencipta. Puji-pujian kepada-Nya merupakan sebuah keniscayaan yang berlangsung selama matahari terbit dan terbenamnya.
Ayat 4 - 6 mengungkapkan betapa tinggi dan tidak terjangkaunya Allah. Bangsa-bangsa bahkan yang adidaya sekalipun tidak ada yang lebih tinggi dari-Nya. Orang-orang Yahudi membayangkan Allah bersemayam dan berdiam di langit yang pada masa itu adalah tempat tinggi penuh misteri dan tidak terjamah tangan manusia. Jika Allah memilih takhtanya, maka pastilah langit yang ada di atas itu menjadi kediaman-Nya. Melalui universalitas Allah yang mengatasi segala yang ada di semesta, sesungguhnya umat Israel diteguhkan bahwa Allah yang mereka sembah melampaui dewa-dewa lokal yang disembah oleh bangsa-bangsa di sekitar Israel. Menariknya meskipun Allah bertahta di “tempat tinggi”, sesungguhnya Ia tetap dekat dengan umat-Nya. Bahkan orang-orang yang dipandang hina dan tidak dianggap oleh sesamanya, ditinggikan serta ditempatkan dalam posisi yang setara dengan para bangsawan. Allah menyatakan keberpihakan-Nya pada mereka yang tersisihkan serta terpinggirkan.
Allah yang kita imani merupakan Allah yang berada dalam dua ketegangan yakni ketidakterjangkauan-Nya dan kedekatan-Nya dengan manusia. Maka dalam relasi dengan-Nya yang terpenting adalah apakah kita sudah menanggapi pernyataan-Nya dengan sepenuh keberadaan kita. Pada akhirnya bukan kita yang terlebih dahulu menghampiri-Nya, melainkan Allah yang berinisiatif untuk merengkuh kita dalam kasih-Nya. Maka dari itu marilah meneguhkan iman kita senantiasa kepada Allah lewat ketaatan kita pada kehendak-Nya serta kata-kata dan juga tindakan yang mencerminkan hal tersebut.

























