Setiap orangtua menginginkan agar anaknya tidak hanya menjadi seorang yang cerdas, melainkan pribadi yang baik serta tahu menempatkan diri. Maka pada masa awal perkembangan seorang anak, biasanya orangtua akan mengajarkan konsep dasar dari etika umum seperti misalnya minta maaf ketika salah dan berterima kasih ketika menerima kebaikan. Sayangnya hal terakhir tersebut sering kita lupakan, berterimakasih atas kebaikan yang diterima. Jangankan kepada sesama manusia, bahkan kepada Tuhan pun kita lupa bersyukur dan berterima kasih.
Mazmur 116:1-11 mengisahkan dinamika hidup manusia yang sempat dilanda krisis dan situasi berat hingga seolah tidak menemukan jalan keluar, tetapi akhirnya terbebas karena belas kasihan Allah yang selalu mendengarkan umat-Nya yang berseru dengan sungguh. Dalam bagian selanjutnya yakni ayat 12-19, pemazmur memperlihatkan sebentuk syukur dan ucapan terimakasih kepada Allah atas segala karya yang dikerjakan-Nya. Dalam ungkapan retoris, ia memulai seruan syukurnya: “Bagaimana akan kubalas kepada TUHAN segala kebajikan-Nya padaku?” Tindakan terimakasih yang diserukan pemazmur diungkapkan dengan memakai simbol “mengangkat piala keselamatan.” Tindakan tersebut disinyalir berdasarkan tindakan tertentu dalam ritual syukur untuk mengekspresikan rasa syukur kepada Allah atas keselamatan yang telah dikerjakan-Nya.
Maka umat Tuhan diundang untuk bersyukur dan menyerukan nama Tuhan senantiasa. Menjadikan syukur kepada Tuhan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan yang dijalani menjadi sebuah respons wajar atas karya-Nya. Sesungguhnya, tidak ada yang benar-benar bisa membalas kasih Tuhan yang sungguh sempurna tersebut. Keselamatan, pemulihan, pengampunan, penghiburan, dan pertolongan-Nya—semua itu terlalu besar untuk dibayar kembali. Namun pemazmur mengajak kita untuk menghayati bahwa Tuhan tidak meminta balasan yang setimpal; Ia hanya menginginkan kita untuk mengekspresikan syukur yang diwujudkan dalam seluruh kehidupan.
Kini marilah kita mengungkapkan syukur kepada Allah senantiasa. Dalam keberdosaan kita seringkali syukur tersebut luput kita panjatkan. Namun ini bukan hanya soal syukur yang diucapkan dalam kata melainkan diekspresikan lewat pikiran dan tindakan yang selalu terarah serta berpusat kepada-Nya.
























