Suatu malam, seorang anak kecil terbangun karena mimpi buruk. Dengan mata berkaca-kaca, ia memanggil ibunya. Sang ibu datang, duduk di tepi ranjang, dan berkata pelan, “Ibu di sini.” Tidak ada penjelasan panjang, tidak ada janji bahwa mimpi buruk tak akan datang lagi. Namun kehadiran itu cukup. Perlahan napas si anak menjadi teratur, dan ia kembali terlelap. Rasa aman terlahir karena ada seseorang yang berjaga. Ilustrasi sederhana ini menolong kita memahami pesan Mazmur 121, yaitu tentang ketenangan sejati yang lahir bukan karena hidup bebas risiko, melainkan karena Tuhan menjaga.
Mazmur 121 adalah nyanyian kedua dari rangkaian Nyanyian Ziarah, dinyanyikan oleh para peziarah yang sedang berjalan menuju Yerusalem. Perjalanan itu panjang dan penuh ketidakpastian. Di sepanjang jalan, pemazmur mengangkat mata ke gunung-gunung, tempat yang dalam dunia kuno sering dikaitkan dengan ilah-ilah. Lalu ia bertanya, seakan berbicara kepada dirinya sendiri, “Dari manakah akan datang pertolonganku?” Jawabannya tegas: pertolonganku datang dari TUHAN, Pencipta langit dan bumi. Dengan kata lain, rasa aman tidak bersumber dari tempat tinggi atau kekuatan alam, melainkan dari Allah yang menciptakan dan memelihara segalanya.
Setelah pengakuan iman itu, terdengarlah suara kedua, sebuah suara peneguhan. Tuhan tidak akan membiarkan kaki peziarah itu goyah. Ia tidak terlelap dan tidak tertidur. Kata samar, “menjaga,” diulang enam kali dalam mazmur ini, menandakan inti pesannya. Penjagaan Tuhan bukan pasif. Ia bukan penjaga yang lengah, melainkan Allah yang aktif mengawasi, melindungi, dan mencegah bahaya. Di tengah dunia yang sering berlaku tidak peduli, mazmur ini menegaskan bahwa Tuhan selalu berjaga.
Gambaran Tuhan sebagai “naungan” memperdalam makna penjagaan itu. Seperti bayang-bayang yang melindungi dari terik matahari, Tuhan menaungi umat-Nya siang dan malam. Tidak ada waktu di mana kita berada di luar jangkauan-Nya. Bahkan dalam “keluar masukmu”, seluruh ritme kehidupan ada dalam lingkup penjagaan Allah. Dari sekarang sampai selama-lamanya, hidup kita berada dalam perhatian-Nya.
Sahabat Alkitab, Mazmur 121 mengajak kita belajar percaya. Kita boleh mengakui kecemasan dan keterbatasan kita, namun kita tidak dibiarkan sendirian. Di tengah jalan hidup yang tidak selalu aman, kita dapat melangkah dengan hati yang tenang sambil mengucapkan pengakuan iman yang sederhana, namun menguatkan: Tuhan menjagaku.
























