Sebagai orang beriman sesungguhnya kita punya kesadaran dan hati nurani untuk mengenali manakah perbuatan atau kata-kata yang tidak sesuai dengan firman-Nya serta mendatangkan dosa, dengan perbuatan yang mendatangkan kesukacitaan bagi-Nya. Tidak jarang dalam kerapuhan manusia, dosa-dosa itu kita pilih dan ambil. Bahkan menutupi kesalahan kita dengan melakukan pembenaran-pembenaran yang tidak perlu. Semakin lama kita mengelak, maka akan jatuh dalam keterpurukan yang membinasakan. Maka dari itu setiap umat Tuhan diundang untuk menyatakan pertobatan kepada-Nya.
Mazmur 130 mengungkapkan sebuah representasi fase kehidupan yang jamak dijalani oleh orang percaya. Kita pernah terpuruk dan jatuh dalam dosa, maka pada saat yang lain dari keterpurukan tersebut setiap umat Tuhan untuk bangkit, memohon ampun, dan menantikan pemulihan-Nya. Pemazmur membuka seruannya dengan menggambarkan kejatuhannya bagaikan berada dalam jurang yang dalam. Ia mengakui dengan jujur kejatuhannya, tetapi tetap memilih untuk berseru kepada Allah. Tidak ada tempat yang terlalu jauh dan tidak terjangkau untuk dapat didengar Allah.
Pemazmur percaya bahwa dari keterpurukannya, Allah akan datang dan mengampuni. Dengan penuh ketakjuban, ia bersaksi atas kemurahan Allah dan pengampunan yang diberikan-Nya. Sebab jikalau Allah memilih untuk mengingat segala kesalahan kita, maka sesungguhnya tidak ada satupun manusia yang dapat bertahan. Dengan penuh keteguhan, pemazmur menutup kesaksian dengan mengajak seluruh bangsa untuk berseru kepada Tuhan, memuji kebaikan-Nya. Sebab pada Tuhan lah ada pengampunan dan pembebasan.
Sahabat Alkitab, setiap orang pernah jatuh dalam dosa tetapi tidak semua orang punya kerendahan hati untuk mengakuinya serta memohon ampun kepada Allah. Bacaan kita kali ini mengingatkan setiap orang percaya untuk mengakui dosa-dosanya serta bertobat dengan sungguh-sungguh. Keberanian kita untuk mengakui dosa dan memohon ampun atas dosa-dosa tersebut dihasilkan dari keyakinan iman akan Tuhan yang Maha Pengampun. Di awal tahun ini, kiranya kita dapat memulainya dengan penuh kerendahan hati di hadapan Tuhan. Tidak menyembunyikan dosa dari-Nya, tetapi dengan jujur mengakui dan menyatakan pertobatan.
























