Sungguh senang rasanya ketika kita berada dalam sebuah pergumulan atau persoalan tertentu, ada seseorang yang berada di sisi kita. Siap untuk membela serta menopang kita, terlebih lagi bila pembelaan itu lahir dari kesadaran bahwa kita adalah pihak yang tidak bersalah bahkan cenderung mengalami penindasan. Inilah yang sedang ditunjukkan Allah dalam bacaan kali ini terhadap mereka yang benar-benar membutuhkan pertolongan. Penggambaran yang dipakai pemazmur untuk menjelaskan situasi tersebut adalah sebuah persidangan agung yang dihadiri Allah sebagai Hakim Tertinggi dan para ilah. Hal tersebut adalah sebuah penggambaran yang lazim di tengah bangsa-bangsa yang mengenal banyak ilah.
Pada satu sisi, kita juga dapat melihat penggambaran banyak ilah tersebut sebagai sebuah kiasan atas para pemimpin atau raja-raja dunia. Pada masa itu lazim untuk mengidentikkan raja sebagai ilah atau keturunan Yang Ilahi. Argumentasi tersebut sejalan dengan pesan yang kemudian disampaikan oleh Allah Sang Hakim Agung. Mereka diperintahkan Allah untuk memberi keadilan kepada orang yang lemah, anak yatim, membela perkara orang yang sengsara serta berkekurangan, dan melepaskan orang miskin serta tidak berdaya dari jerat orang fasik. Allah juga mengecam mereka karena selama ini menjalankan pemerintahan dengan zalim. Dengan penuh ketegasan Allah mengingatkan bahwa mereka tidak ubahnya manusia yang fana, sehingga otoritas yang mereka miliki hanyalah sementara dan harus selalu mengacu kepada Sang Pemilik Kuasa tertinggi.
Sahabat Alkitab, bukankah teguran Allah yang teramat keras tersebut masih amat relevan pada situasi masa kini? Kita kembali diingatkan pada kenyataan dasariah akan identitas Allah yang kita sembah. Ia adalah Tuhan yang senantiasa menunjukkan keberpihakan-Nya untuk membela kaum yang miskin dan lemah. Ia mengundang kita semua, terutama para pemimpin di berbagai bidang, untuk senantiasa memerintah dan mewujudkan keadilan serta keberpihakan kepada mereka yang tertindas. Di tengah zaman yang begitu carut-marut dengan berbagai konflik kepentingan dan pengutamaan keuntungan di atas segalanya, rasanya pesan Allah tersebut menjadi pesan yang begitu menampar tetapi sekaligus menggugah hati nurani kita.