Di tengah dunia yang kian terpolarisasi, kita menyaksikan bagaimana perbedaan sering kali berubah menjadi jurang permusuhan. Konflik dapat muncul dari isu politik, agama, bahkan dari dinamika kehidupan sosial sehari-hari.
Mazmur 83 menghadirkan cermin bagi realitas ini: bangsa-bangsa bersatu melawan Israel, berupaya merebut apa yang mereka sebut sebagai “padang gembala Allah” (ayat 13). Situasi ini tidak hanya mencerminkan ancaman fisik, tetapi juga krisis eksistensial. Mampukah umat Allah tetap teguh ketika dikepung permusuhan yang luas dan sistemik?
Pemazmur menanggapi ketegangan itu dengan menghadirkan ingatan sejarah. Ia mengingat karya Allah dalam membebaskan Israel dari Midian, Sisera, Oreb, dan Ze’eb. Peristiwa tersebut bukan sekadar nostalgia, melainkan fondasi iman yang mengingatkan bahwa Allah yang bertindak di masa lalu tetap hadir untuk bertindak sekarang.
Melalui rangkaian kata dan ritmenya, Mazmur 83 menampilkan doa imprecatory — seruan yang menuntut keadilan Allah atas musuh. Namun di balik kata-kata yang keras, tersimpan dinamika psikologis yang mendalam: bahwa ketakutan sering memunculkan kemarahan sebagai bentuk pertahanan diri. Dengan menengok sejarah, pemazmur menyalurkan kegelisahan kepada Allah, bukan kepada dendam manusia.
Yang paling menakjubkan adalah penutup dari mazmur ini: musuh yang diminta untuk dikalahkan justru diharapkan “supaya mereka tahu bahwa hanya Engkau, TUHANlah nama-Mu, Yang Maha Tinggi atas seluruh bumi” (ayat 17). Tujuannya bukan sekadar kebinasaan, melainkan pengenalan akan Allah yang Mahatinggi. Permusuhan diubah menjadi jalan menuju pengenalan.
Pesan ini tetap relevan bagi kita. Luka sosial, konflik antarkomunitas, bahkan perpecahan dalam gereja dapat menjadi ruang transformasi jika kita menyerahkannya kepada Allah. Musuh terbesar sejatinya bukan “orang lain,” melainkan kesombongan dan ilusi kuasa dalam diri kita sendiri. Hanya ketika kita membuka hati kepada Allah, permusuhan bisa diubah menjadi pengenalan — kesadaran bahwa seluruh hidup kita berada di bawah naungan-Nya.